Siapkah Rakyat Tanpa Sepakbola


diacakSepakbola bagaikan sumber hiburan yang wajib bagi hampir kebanyakan penduduk negeri ini. Sepakbola selama ini mampu memberikan suasana kondusif di sela beratnya hidup yang dirasakan oleh sebagian masyarakat kaum lemah (miskin). Kegundahan, stres, tekanan ekonomi dan sulitnya mengarungi kehidupan di negeri ini adalah hal nyata yang tidak akan pernah di sangkal oleh mereka.

Sepakbola bisa saya katakan sebagai mukjizat. Karena sepakbola mampu meredam atau mengesampingkan seluruh rasa beban yang ada menjadi suatu hiburan murah dan terjangkau. Sehingga dampak yang ditimbulkan di masyarakat karena beban hidup sedikit terobati. Mungkin ini analisis sederhana yang bisa saya kemukakan disini. Tapi tidak bisa kita pungkiri jika apa yang saya tulis ini adalah fakta dan kebenaran nyata di sekitar kita.

Ketenangan, kedamaian dan keselarasan yang diciptakan masyarakat sampai saat ini tak lepas karena rakyat masih bisa menikmati hobinya, kesenangannya atau bahkan hiburannya. Melalui layar kaca televisi mini (14 inch) saja mereka sudah bisa meredam beratnya hidup di negeri ini. Apa lagi yang mereka tunggu di depan layar?, bukan Sinetron, Bukan juga kabar politik… tapi tayangan Sepakbola indonesia dan mancanegara.

Tahun ini, seluruh tayangan Sepakbola melalui layar televisi menemui fase baru. TV berbayar. Seluruh tayangan Sepakbola baik mancanegara (Eropa) maupun Liga indonesia teracak melalui tangkapan Parabola. Siaran TV Nasional diakui atau tidak masih belum bisa ditangkap oleh seluruh wilayah. Di pulau Jawa saja masih banyak Kabupaten yang tidak dapat menangkap seluruh siaran TV Nasional melalui antena UHF. Sehingga kini mereka meradang. Karena siaran hiburan sepakbolanya hanya bisa mereka dengarkan tanpa gambar.

Sudah siapkah masyarakat kita hidup tanpa siaran sepakbola? sudahkah waktunya rakyat kecil harus berlangganan siaran sepakbola dikala segala kebutuhannya semakin tertindas?. jelas jawabannya belum siap. yang saya khawatirkan adalah muncul dan timbulnya dampak dari keadaan ini. Mungkin sebagian kita tidak menganggap hal seperti ini serius dan tidak begitu mengancam dampaknya. Tapi ingat, segala sesuatu yang tidak nyaman akan tetap bisa terasa nyaman jika satu saja kesenangan masih bisa dirasakan.

Umpatan-umpatan kasar dan kotor banyak terucap kepada pemilik hak siar. Mereka semakin membenci Bakrie, SBY, bahkan mereka-mereka yang berada dibalik layar pun di hujatnya. Mereka ngga pernah tahu umpatan itu sudah tepat sasaran apa tidak. Yang penting bagi mereka adalah orang-orang tersebutlah yang memiliki siaran Televisi. Sungguh blunder tentunya bagi Abu Rizal Bakrie, SBY dan tokoh-tokoh lainnya yang tahun depan sangat membutuhkan suara rakyat dalam pertarungan politik. Sedangkan rakyatnya hari ini harus mengumpat karena siaran sepakbolanya tidak digratiskan lagi….

Tinggalkan komentar